Friday, December 23, 2011

#jambu

Di Pulau Jambu, di bawah pohon samping Pendapa yang mulai lapuk atap sirapnya, di hamparan benang sari bunga jambu yang bertebaran...

Puluhan bocah memunguti kerikil. Wajah-wajah Pandawa, Kurawa, Raksasa dan Dewa berbaur, ringan tanpa beban mendengarkan bualanku.  

Aku mulai bercerita, tentang sebuah taman bermain tanpa pagar sehingga tak perlu melompat untuk berada di sana. Taman tanpa pintu.  

Bocah-bocah meloncat, melompat secepat katak, berkecupak, berenang seakan ikan di balik kuntum teratai, menuju batu, mengusir udang.

Aku masih membual, menceritakan apa saja, sekedar mengisi kekosongan, entah kekosongan siapa, mungkin punya kita yang tua-tua.  

Kita yang memilih memagari taman dan menguncinya, lalu bocah-bocah itu jadi tahu bagaimana menerobos pintu. Kita terkejut, berlanjut.  

Lalu pagi mulai panas. Mereka masih asyik bermain, kita sudah jengah dan lelah, mengendap-endap silam, mengambil jalan pintas.

Wajah-wajah mereka mulai mengeras. Pandawa, Kurawa, Raksasa dan Dewa-dewa. Mereka ada di mana-mana, juga di bawah pohon jambu ini.  

Bualanku kuakhiri. Jambu belum matang, para pendatang sudah tak sabar, bergantian melontarkan pujian. Bocah-bocah terkepung.  

Mereka dipaksa memikul kegagalan yang tua-tua, diperas keringatnya hingga aromanya menjadi demikian dewasa. Jambu-jambu gugur.

Yang tertinggal mulai matang, tapi tak lagi menarik perhatian. Semua orang terlanjur kenyang. Di Pulau Jambu, wajah-wajah tersedu.  

No comments: