Tuesday, March 3, 2015

Wibisana - Bakti atau Durhaka

Cinta negeri tapi menyeberang ke pihak musuh? Buat Wibisana, tanah air tidak pernah bersalah, tapi tidak setiap raja mesti dibela.
Terasa kejam, apalagi Rahwana adalah kakaknya meski seutuhnya berbeda pandangan.
Toh Rama akan menyerang dan Alengka akan menderita akibat perang. Bila itu sudah niscaya, lebih baik diselesaikan secepatnya. Inilah jalan Wibisana, durhaka pada saudara tapi yakin sepenuhnya sedang berbakti pada semesta.

030315

Jatayu - Siapa Membela Rahwana

Siapa membela Rahwana menculik Sinta. Hamba-hamba cinta, Front Pembela Cinta, Pecinta Sejati. Tapi bukan Jatayu. Camkan itu.
Jatayu memang bukan merpati. Saking amat setia, dia justru terbang sendiri. Apa gunanya menculik cinta. Dia tidak tergenggam.
Tidak peduli mati, Jatayu menghadang Rahwana. Si burung ditebas pedang, bulu-bulunya semburat dicabuti. Telanjang, seperti cinta.
Rahwana tidak percaya, berabad-abad mencoba. Tak mati-mati. *dhog

030315

Anjani


Sudah punya surga, kenapa masih berebut dengan saudara. Alcerita, surga sendiri tak temu dicari-cari, yang ini jelas di depan mata. Sebuah mainan, mangkuk, isinya surga. Bukankah berebut mainan adalah biasa? Tapi dilarang main-main. Bila senda tawa sudah berganti serapah, maka mangkuk pun pecah. Kini sudah menjelma telaga, siapa mencebur jadi kera. Anjani, di riak tepi membasuh muka, tangan kaki dan wajahnya telah kera pula. Menyusur di tanah basah, samar-samar bekas tapak kakinya. Jejak surga.

030315

Karna Tanding

Sehabis lesat pasopati, senja datang tergesa, perang terhenti. Seorang ibu meraihmu dalam gugu yang nyeri. Gelombang rindu tak sampai-sampai. Betapapun telah deras berbadai-badai hujan di batinnya, untukmu Karna cukuplah kiranya gerimis wangi ini. Kami dilarang menangisi.‪ #‎karnatandhing_020315‬