Embun bukan hujan, tak perlu bikin gerah sebelum turun. -Sumbadra-
Awalnya badai, bunga diselamatkan dari halaman lalu lupa dikembalikan hingga siang. Embun pun lewat. -Sinta-
Embun yang mana? Di jalan berpasir berbatu-batu ini, bahkan rumput pun tidak ada. -Gendari-
Jangankan kaca, embun pun akan kuukir untuk membuatmu percaya. -Narasoma-
*silent... Hmm... lalu kulitnya yang tembaga mengembun. -Gatotkaca-
Embun itu apanya Mbun-mbunan, Truk? *aka ubun-ubun -Bagong-
Embun itu keringat Dewa, Gong. Keringat Semar. Ya kan Truk? -Gareng-
Bukan, kalau dari baunya, embun ini keringat Wisnu. -Petruk-
Hayo anak-anak, siapa bisa mengumpulkan embun paling banyak, boleh sarapan duluan. *gubrak grudak gruduk. -Semar-
Bukan menangis, kebetulan embun jatuh di sudut mataku. -Arjuna-
Embun? Aku sudah lupa. -Gendari-
Memang tak segempita hujan, tapi embun jauh lebih rata jatuhnya. -Bisma-
Ksatria pantang menangis, air matamu bukan embun. -Kresna-
Kamu itu, jangan jadi payung yang cuma menghalangi embun. -Dursilawati-
Selamat Natal dan Tahun Baru. *dari panggung yang berembun. -dalang-
No comments:
Post a Comment