Thursday, December 29, 2011

#diary

Embun semalam dihapus hujan sepagi. -Hagnyanawati-

Embun bukan hujan, tak perlu bikin gerah sebelum turun. -Sumbadra-  

Awalnya badai, bunga diselamatkan dari halaman lalu lupa dikembalikan hingga siang. Embun pun lewat. -Sinta-  

Embun yang mana? Di jalan berpasir berbatu-batu ini, bahkan rumput pun tidak ada. -Gendari-

Jangankan kaca, embun pun akan kuukir untuk membuatmu percaya. -Narasoma-  

*silent... Hmm... lalu kulitnya yang tembaga mengembun. -Gatotkaca-  

Embun itu apanya Mbun-mbunan, Truk? *aka ubun-ubun -Bagong-

Embun itu keringat Dewa, Gong. Keringat Semar. Ya kan Truk? -Gareng-  

Bukan, kalau dari baunya, embun ini keringat Wisnu. -Petruk-  

Hayo anak-anak, siapa bisa mengumpulkan embun paling banyak, boleh sarapan duluan. *gubrak grudak gruduk. -Semar-

Bukan menangis, kebetulan embun jatuh di sudut mataku. -Arjuna-  

Embun? Aku sudah lupa. -Gendari-  

Memang tak segempita hujan, tapi embun jauh lebih rata jatuhnya. -Bisma-

Ksatria pantang menangis, air matamu bukan embun. -Kresna-  

Kamu itu, jangan jadi payung yang cuma menghalangi embun. -Dursilawati-  

Selamat Natal dan Tahun Baru. *dari panggung yang berembun. -dalang-

No comments: