Friday, December 23, 2011

#jaladara

Kakrasana putra Basudewa, menyepi di gunung sepi yang dingin, Argasunya. Mencari jawaban, kenapa amarahnya begitu mudah tersulut.

Kenapa ia begitu mudah terpancing lalu luput mengukur, menakar sampai batas mana bisa menahan diri. Tahu-tahu dadanya berapi.  

Pernah suatu kali, setengah menggoda, Narayana adiknya berucap. "Untuk sementara, Kakang Kakrasana jangan sering-sering mandi."  

Kakrasana tidak membantah, tapi juga tidak melakukannya. Yang benar saja. Yang ia tahu, marah itu api maka air akan memadamkannya.

Maka tiap kali marah, Kakrasana mengguyur kepalanya. Narayana cuma tersenyum sambil melintas. "Bukan ituuu..." teriaknya.  

Di Argasunya, Kakrasana waspada, menunggu percik api di dadanya menyala, tapi membiarkan panas menghanguskan rasa sakitnya.  

Brama turun, sekejap, sekilat, "Api di dada padam oleh air di dada pula." Antara sadar dan tidak, ada cahaya menyusupinya.

Kakrasana terbangun, bergegas turun gunung. Saat bertemu Narayana, adiknya itu menggodanya lagi, "Benar kan? Bukan mandi kan?"  

Kali ini Kakrasana tidak marah, ia mengambil segayung air, mengguyur kepala Narayana, dan Udawa yang tidak tahu apa-apa. *hahaha

No comments: