Tanya: dendam gak sama Durga?! | Wisanggeni: hehe... nadamu... kamu kali yang dendam...
Tanya: siapa lebih licik, Kresna atau Sengkuni? | Wisanggeni: Jadi mereka berdua licik?
Tanya: Sinta itu mencintai Rama atau Rahwana? | Wisanggeni: Salah nanya kamu, ke Pakde Anoman sana.
Tanya: seperti apa Candradimuka itu? | Wisanggeni: Seperti rahim, ingat nggak?
Tanya: Kenapa suka turun ke bumi, bukankah di kahyangan lebih enak? | Wisanggeni: untuk merasa kenyang, harus mau lapar dulu.
Tanya: Apa yang istimewa dari malam? | Wisanggeni: Tidak ada, kecuali kau menjaganya.
Tanya: Apa yang istimewa dari pagi? | Wisanggeni: Tidak ada, kecuali yang terbit itu mataharimu.
Tanya: Apa yang istimewa dari siang? | Wisanggeni: Tidak ada, kecuali kau berhenti sejenak.
Tanya: Apa yang istimewa dari senja? | Wisanggeni: Tidak ada, kecuali kau ingat 'rumah'.
Tanya: Apa yang istimewa dari gaduh? | Wisanggeni: sepi setelahnya.
Tanya: Lalu apa yang istimewa dari sepi? | Wisanggeni: Kerelaanmu untuk kadang-kadang ditinggalkan.
Tanya: Apa yang istimewa dari bintang? | Wisanggeni: Kalau belum bisa dengan tanganmu, selalukan dengan anganmu.
Tanya: Kalau yang istimewa dari bulan? | Wisanggeni: Sudah menjadi biasa, kecuali masih kautabuh lesung saat gerhana.
Tanya: Yang istimewa dari musikalisasi puisi? Puisinya kan? | Wisanggeni: Ya, dan suara Mbakyuku.
Tanya: Yang istimewa dari gitar? | Wisanggeni: Usai dipetik kembali jadi perempuan.
Tanya: Apa yang istimewa dari pertanyaanku? | Wisanggeni: Pertanyaan? Kau cuma ingin menyamakan jawaban. Hehe. *sampun nggih
No comments:
Post a Comment