Apalagi dibanding Bagong yang remnya blong, tanpa beban. Petruk merasa kalah, telak, lantak. Padahal kosaleluconnya lebih banyak.
Petruk mencoba melucu di depan cermin, tapi malah muntah. Ia menangis, meraung sejadi-jadinya. Merasa gagal, surut, punah.
Gareng dan Bagong yang bergegas menghampiri. Petruk malu, kalap berteriak, tapi kedua saudaranya justru terpingkal-pingkal.
Petruk agak terhibur. Sedikit. Ternyata tangisan itu bisa lucu juga. Bagaimana kalau gurauan? Candaan? Umpatan? Makian?
Petruk mulai mencoba-coba. Semuanya. Semaunya. Makin lama makin banyak yang tertawa. Tapi kali ini, Gareng dan Bagong terdiam.
Kini Petruk merasa pantas untuk melucu lagi. Tapi Gareng dan Bagong sudah pergi. Petruk panik. Menangis lagi. Meraung lagi.
Tidak ada tawa. Tinggal tangis. Oh, bukan juga. Itu gerimis. *lampu padam
No comments:
Post a Comment