Selanjutnya dia merasa nyaman dan mulai menampilkan diri, mengusahakan rupa dirinya mewarnai wayang-wayang itu. Kadang terlalu.
Lalu mawas, malu pada betapa habis-habisannya ia minta diakui. Ia mulai menghilang di balik wayang. Wayang dijadikan, menjadikannya.
Berikutnya, ia akan bermain di ruang-ruang itu, tapi sudah dengan kesadaran, sehingga kalau pun jalannya licin, ada pegangan.
Bermain untuk bersenang-senang, menyenangkan orang, tidak untuk memaksakan pandangan. Mengajak, bukan karena merasa berhak.
Entah apa ini berlaku untuk hal lain. Karena bermain ada aturan, bersenang-senang pun ada takaran. Dalang cuma meniru alam. *pagi
No comments:
Post a Comment