Monday, February 13, 2012

#akar

Akar and The City. Akar and The Siti. Siti itu Tanah. Tanah itu Pertiwi. Pertiwi kita panggil dengan sebutan ibu. Iiiibu Peertiiwi.

Maka Ketawang itu pun mengalun, menerobos daun-daun, ranting, dahan, batang lalu menggaung di akar. Bergetaran butir Siti berdesir.  

Demikianlah. Yang serabut di permukaan, yang tunggang menjangkau kedalaman. Yang satu gampang dicabut, yang lain berdaun rindang.  

Yang satu menyelinap di sela badai, yang lain menantangnya. Kadang tumbang tentu saja. Iiiibu Peertiiwi... Dua-duanya dulu benih.

Benih alias Wiji. Wiji yang Thukul (tumbuh) merayapkan akar mencari celah di retakan tanah. Iiiibu Peertiiwi... jangan longsor lagi.  

Akar and The Siti. Tentu ada kecualinya. Benalu. Tapi tak semua benalu kita musuhi bukan? Kambing suka daunnya, kita suka bunganya.  

Tak peduli kita menempel, menyambung atau mencangkok pohonnya, mereka tetaplah akar yang sama. Iiiibu Peertiiwi... dicangkok lagi.

Jadi kalau sewaktu-waktu pohon ini tumbang, jangan salahkan akarnya. Pasti kita yang lupa berbakti. Oh... Iiiibu Peertiiwi... *gong